Pada waktu saya masih duduk di Sekolah
Dasar, ada satu pepatah yang sering saya dengar yang berbunyi “Orang Sabar
Dikasihi Tuhan”. Namun saat ini nampaknya pepatah tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Kalau kita melihat kehidupan manusia saat ini sudah lebih sering tidak punya
kesabaran. Memang dari zaman dahulu ketidaksabaran itu juga sudah ada, bahkan
ketidaksabaran itu mungkin sama waktu lahirnya dengan kesabaran itu sendiri.
Akan tetapi kalau kita cermati perilaku manusia sekarang sudah semakin tidak
punya kesabaran dan jauh lebih punya ketidaksabaran dibandingkan manusia zaman
dulu.
Ada orang yang mengatakan ketidaksabaran
manusia sekarang juga dipicu penemuan beberapa teknologi. Teknologi digital
saat ini telah mengubah hidup kita, bisa mendapatkan hasil yang instan dan
membuat kita semakin mendambakan kepuasan instan dalam beberapa aspek
kehidupan. Kita telah menjadi masyarakat yang menginginkan pemuasan segera dan
kita menuntut segalanya bergerak serba cepat sesuai dengan cara yang kita
inginkan. Kalau tidak, kita cenderung frustasi dan uring-uringan sebagai
pertanda ketidaksabaran kita. Manusia zaman sekarang sudah tidak punya seni
untuk tidak terburu-buru menikmati setiap kejadian.
Sifat ketidaksabaran itu juga tidak
hanya dijumpai didunia komunikasi digital. Dalam berbagai bidang kehidupan lain
juga kita bisa dengan gampang melihat
orang tidak sanggup dan sabar lagi untuk menunggu. Kita mungkin pernah melihat
orang berbicara terlalu cepat, makan terlalu cepat, menyetir kendaraan terlalu
cepat, menghabiskan uang terlalu cepat sehingga semua selalu terburuburu dan
mungkin hanya mati yang tidak mau terlalu cepat atau terburu-buru.
Kenapa tidak ada lagi kesabaran?
Kemana kesabaran itu pergi? Perlu disadari bahwa ketidaksabaran itu sangat
berbahaya. Bahaya akibat ketidaksabaran itu dapat kita lihat sebagai contoh, “Seorang
anak muda mengendari mobil dijalur dua arah dan area yang dilarang mendahului.
Seorang ibu didepannya mengemudikan mobilnya agak pelan. Anak muda yang tidak
sabaran itu menganggap ibu itu terlalu lambat. Setelah memepet mobil si ibu itu
dari belakang beberapa saat, anak muda itu kehilangan kesabaran dan menyalip
dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba bertabrakan dengan kendaran dari arah
yang berlawanan yang melaju dengan kecepatan tinggi”. Ketidaksabaran itu juga
bisa dikaitkan dengan perasaan frustasi, kesal dan kemarahan. Emosi-emosi
seperti itu bisa meningkatkan kadar stres yang selanjutnya bisa membahayakan
kesehatan kita. Problem lain yang berkaitan dengan kesehatan adalah “Obesitas”.
Ada penelitian yang mengatakan orang-orang yang tidak sabar lebih cenderung
mengalami obesitas dibanding orang yang sabar menunggu. Kita bisa melihat
didaerah perkotaan dengan gampang bisa ditemukan makanan cepat saji yang tidak
mahal yang mudah diperoleh kapan saja dan orang yang tidak sabar sulit menolak
godaan seperti itu.
Disisi lain kita juga bisa melihat
orang yang tidak sabar cenderung suka menunda. Orang yang tidak sabar cenderung
menunda pekerjaan yang membutuhkan waktu panjang karena mereka tidak cukup
sabar untuk menyelesaikannya. Sikap suka menunda tentu saja akan berdampak
serius terhadap produktivitas ditempat kerja kita dimana hal itu bisa
menimbulkan kerugian bagi sejumlah orang. Hal lain yang bisa kita lihat sebagai
akibat dari ketidak sabaran adalah membuat pilihan secara terburu-buru dan
asal-asalan. Ketidaksabaran juga dapat merusak kemampuan kita untuk
berkomunikasi dengan baik. Ketika seseorang tidak punya kesabaran untuk
pembicaraan yang bermakna, ia cenderung berbicara asa-asalan tanpa berpikir
panjang. Orang yang tidak sabar cenderung tidak mau menunggu orang lain
menuntaskan pembicaraannya. Sikap tidak sabaran seperti itu cenderung bisa
memutuskan persahabatan yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian juga.
Apabila kita setuju dengan beberapa
hal tersebut diatas, maka belajarlah untuk punya sikap lebih
sabar. Karena orang sabar bisa lebih sehat, bisa membuat keputusan lebih baik
dan punya teman lebih banyak. Anda mau lebih sehat? Bersikaplah lebih sabar.
No comments:
Post a Comment