Ditepi sebuah sungai ada dua buah boneka, satu terbuat dari tanah dan satu lagi terbuat dari kayu. Mereka tinggal bersama dan telah berkawan cukup lama. Tetapi setelah sekian lama waktu berlalu, boneka kayu mulai sombong dan memandang rendah boneka tanah.
Pada suatu hari boneka kayu mengejek dan berkata kepada
boneka tanah, “Engkau berasal dari lumpur disebelah barat sungai ini, manusia
mencampurkan lumpur-lumpur itu untuk membuatmu. Tunggu saja sampai bulan depan,
begitu hujan deras turun, sungai ini akan banjir, arusnya akan deras dan engkau
akan kembali menjadi lumpur”.
Boneka tanah pun menjawab, “Terimakasih atas perhatianmu.
Tetapi masalahnya tidak akan menakutkan seperti yang engkau katakan. Benar, aku
memang berasal dari lumpur, jika memang air menghanyutkanku dan melumerkanku
sehingga tidak berbentuk, dan akan kembali menjadi tumpukan lumpur, itu tidak
menakutkan, aku hanya kembali ke wujudku yang semula. Sedangkan kamu, kamu
hanya terbuat dari kayu cheri. Jika bulan depan tiba, terjadi hujan deras, air sungai
ini akan menghanyutkanmu. Pada saat itu, kamu hanya bisa mengikuti arus saja,
tidak tau akan dihanyutkan kemana. Sobatku, lebih baik engkau menghawatirkan
nasibmu sendiri dahulu!”
Kesombongan adalah satu dosa yang paling dibenci Allah.
Kesombongan hanya akan membuat orang
mudah untuk menghakimi dan memandang rendah orang lain. Merasa diri
paling hebat, paling pandai dan paling benar sedangkan orang lain dianggap
selalu lebih rendah . Sikap ini hanya akan membuat orang lupa diri. Dia lupa bahwa dia juga memiliki banyak
kekurangan. Mereka cukup puas dan tidak mau memperbaiki dirinya. Karena itulah
orang yang sombong akan selalu jatuh karena kesombongannya. Maka orang yang
menyombongkan hartanya, juga akan jatuh karena harta. Orang yang menyombongkan
kekuasaannya, akan jatuh karena kekuasaannya sendiri. Oleh sebab itu, Allah
selalu mengingatkan kita agar tidak menjadi sombong. Sebaliknya, kita harus
selalu rendah hati. Jangan merasa bahwa kita sudah cukup hebat. Namun perbaikilah
diri kita agar kualitas diri kita semakin meningkat. Sekali lagi, rendah
hatilah, sebab tinggi hati mendahului kehancuran dan kerendahan hati mendahului
kehormatan.
No comments:
Post a Comment