Semua
agama pastilah mewajibkan atau mengajarkan supaya semua anak berbakti dan
menghormati ibu atau orang tuanya. Coba kita bayangkan bagaimana beratnya
perjuangan seorang ibu selama sembilan bulan sepuluh hari membawa-bawa kita
dalam kandungannya kemanapun dia pergi. Sembilan bulan tentulah bukan waktu
yang singkat memberikan rahimnya kita tempati secara gratis. Semakin besar atau
semakin tua kandungannya semakin beratlah beban yang dirasakan dan keadaannya
bisa semakin lemah. Sesekali ia mengusap perutnya dengan penuh harap semoga
anaknya lahir dengan selamat. Tak pernah mengeluh walaupun setiap hari harus
menanggung beban berat yang semakin bertambah. Hingga tiba saatnya yang
dinantikan, nyawa harus dipertaruhkan untuk proses kelahiran si bayi yang
dikandungnya. Rasa sakitnya belum hilang setelah melahirkan, ia menyusui bayi
selama enam bulan hingga satu tahun.
Doa yang ia panjatkan sedikitpun
tidak berisi keluhan, karena ia sadar bahwa anak itu adalah titipan yang Maha
Kuasa yang harus dipertanggungjawabkan. Seringkali diwaktu malampun ia tidak
bisa beristirahat karena bayinya sering terbangun dan menangis karena lapar.
Dengan perasaan penuh keikhlasan ia selalu bangun untuk menyusui bayinya hingga
tidur kembali sesudah kenyang. Hal itu adalah merupakan awal dari perjuangan
panjang seorang ibu untuk membesarkan
dan mendidik anak-anaknya, sehingga ada ungkapan yang mengatakan bahwa “Ibu merupakan sekolah pertama bagi
anak-anaknya”. Selanjutnya dia akan menyekolahkan anak-anaknya setinggi
mungkin untuk bekal hidupnya dikemudian hari. Setelah menyelesaikan
pendidikannya tak jarang pula ia harus ia ikut mencarikan pekerjaannya hingga
menuntunnya sampai kejenjang perkawinan atau berumah tangga.
Begitulah beratnya perjuangan panjang seorang seorang ibu, dan tidak ada
yang sanggup mengganti perjuangan ibunya. Maka patutlah miris perasan kita mendengar
berita atau melihat seorang anak menganyaya ibunya untuk uang atau harta yang tak
seberapa nilainya, bahkan harus menempatkan ibunya yang sudah tua di Panti
Asuhan atau Panti Jompo, karena tidak
ada anak-anaknya yang bersedia mengasuhnya.
Doa
seorang ibu untuk kebaikan dan keberhasilan anak-anaknya adalah doa yang sangat
manjur dan sangat besar kuasanya. Maka tidak salah atau berlebihan kalau ada
ungkapan yang mengatakan “Surga berada
dibawah telapan kaki Ibu”.
Maka
seperti apapun keberadaannya ibu yang melahirkanmu, wajib hukumnya untuk
dikasihi atau dihormati. Ia mengasihi kamu melebihi dirinya sendiri. Menyimpang
dari keharusan menghormati dan mengasihi ibu, durhaka akibatnya. Anda ingin
hidup bahagia dan penuh kasih sayang? “Kasihilah
Ibumu”.
No comments:
Post a Comment