Seorang milyarder yang menjadi komisaris dari beberapa perusahaan selalu berkeluhkesah karena tidak bisa pernah menemukan kebahagiaan sepanjang kehidupannya yang sudah hampir tiga perempat abad lamanya. Hampir setengah abad dari hidupnya telah digunakan untuk mengumpulkan berbagai harta benda hingga mempunyai beberapa villa mewah dibeberapa perbukitan yang indah, lahan perkebunan yang cukup luas, beberapa rumah dan apartemen dibeberapa daerah elit, beberapa kendaraan mewah juga dimiliki yang menjadi tunggangannya sehari-hari kemanapun dia pergi, juga mempunyai pesawat pribadi yang bisa ditumpangi kemanapun dia ingin terbang apakah itu didalam negeri maupun keluar negeri dan terakhir diapun memiliki satu kapal pesiar. Dengan segala harta yang dimiliki, dia dan keluarganya telah menjelajahi hampir semua tempat rekreasi dan tempat peristirahatan terindah di muka bumi ini. Segala hal yang dia inginkan setiap saat bisa diperoleh dengan harta melimpah yang dia punyai.
Saya telah menjelajahi hampir semua tempat
terindah dimuka bumi ini dan dengan harta yang saya miliki bisa dengan mudah
bisa memperoleh dan menikmati apapun yang saya inginkan, akan tetapi belum pernah menemukan kebahagiaan, demikian
dia bercerita panjang lebar dan berkeluhkesah kepada seorang temannya pekerja
sosial di suatu panti asuhan. Selanjutnya dia berkata kepada temannya itu,
bahwa dia merencanakan menjual seluruh harta yang dimiliki dan hasilnya akan
disumbangkan kepada suatu lembaga amal setelah menisihkan sebagian kecil untuk
membeli sebuah rumah kecil didesa yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota dan
menabung sedikit di bank untuk bekal hidupnya menjalani hari tuanya dengan harapan
diakhir hidupnya bisa menemukan kebahagiaan.
Terharu melihat temannya sang milyarder
itu, pekerja sosial itu mengajaknya ke panti asuhan dimana dia bekerja dengan
harapan temannya itu bisa menemukan kebahagiaan. Maka pada suatu hari dia mengikuti
ajakan temannya itu menghadiri suatu acara yang diadakan di panti asuhan. Akan
tetapi setelah beberapa jam dia mengikuti acara di panti asuhan itu, dia keluar
meninggalkan gedung itu dengan langkah yang gontai dan pikiran lesu dia
memasuki mobilya yang diparkir dihalaman panti asuhan itu. Tapi baru saja dia mau
membuka pintu mobilnya, seorang gadis kecil menarik tangannya dan menegurnya
dengan suara lembut “om mau pulang ya”
“Iya,
nak jawab sang milyarder itu sambil tersenyum. “Om boleh nggak aku minta
sesuatu sama Om? Tanya gadis kecil yang bernama Santy itu. “Boleh” jawab sang
milyarder itu. “Tapi, aku takut nggak boleh sama Om”. Sang milyarder itu
tersenyum. Dia punya harta berlimpah, apa yang tidak bisa dia beri. Apalagi
untuk seorang anak kecil yatim piatu ini, apapun permintaannya pasti gampang
bisa dipenuhi. Memangnya Santy mau minta apa? Tanya sang milyarder sambil
memegang tangan Santy. “Om, Santy minta
kalau boleh memanggil Om sebagai Ayah, boleh nggak? Sang milyarder merasa
kaget. Tenggorokannya terasa tersumbat. Sebuah permintaan yang tidak pernah
dibayangkan. Ternyata bukan uang yang diminta, bukan pula pakaian yang indah dan
mahal yang diminta Santy, tapi hanya sebutan atau panggilan “ayah”. Tiba-tiba hati sang milyarder
itu bergetar hebat. “Boleh, kau panggil aja ayah sama om”. Terimakasih ... ayah.
Kapan lagi ayah datang kesini? Santy boleh minta lagi ayah?” “Tentu boleh
sayang, mau minta apalagi? “Santy minta, kalau ayah kesini lagi, bawa foto
ayah, ya. Santy nanti mau gantung dikamar tidur. Kalau Santy rindu sama ayah,
Santy bisa cium foto ayah. Sang milyarder itu manggut-manggut sambil bercucuran
air mata memeluk dengan erat dan menciumi Santy dan berkata, besok ayah kesini
lagi dan akan bawa foto ayah dan akan sering ketemu Santy. Hati sang milyarder
itu berbunga-bunga penuh KEBAHAGIAAN.
Menemukan KEBAHAGIAAN bukan harus
memiliki harta berlimpah, bukan dengan menjelajahi seluruh bumi, tapi bisa
menemukan saat kita bisa memberi apa yang KITA MILIKI untuk orang lain, walau
hanya sebuah ungkapan “CINTA” yang sederhana.
No comments:
Post a Comment