Kegagalan adalah satu hal yang sering
menakutkan bagi siapa saja melakukan usaha bisnis. Biasanya orang lebih suka membicarakan atau
atau mempelajari bagaimana caranya sukses bukan bagaimana mengatasi kegagalan,
walaupun itu merupakan dua hal yang sama pentingnya. Padahal, sekali lagi,
dalam kenyataannya orang lebih takut pada kegagalan ketimbang pada kesuksesan.
Menurut Napoleon Hill, “setiap kegagalan membawa benih-benih
keberuntungan yang besar”. Artinya, bila kita ingin memiliki benih
keberuntungan yang besar, maka kita memerlukan suatu kegagalan. Dalam realitas
dan bahasa sederhana, omong kosong kalau ada yang mengatakan bahwa orang yang
sukses dan memiliki keberuntungan besar tidak pernah mengalami kegagalan.
Sebenarnya kegagalan adalah bagian
dari hidup kita, sama dengan kesuksesan dalam segala hal. Contoh paling
sederhana, kalau kita melihat seorang bayi yang baru belajar jalan pasti sering
gagal atau jatuh karena keseimbangannya yang masih kurang baik. Tapi, tetap
saja si bayi itu mencoba dan mencoba lagi gagal dan gagal lagi. Sampai suatu
saat bisa berjalan dengan lancar. Demikian juga halnya waktu belajar lari
seringkali gagal sampai bisa berlari dengan kencang.
Mengapa bayi tidak takut kepada
kegagalan yang berulang-ulang itu? Yang pertama karena ada faktor internal yang
kuat, yakni :
a.
Dorongan yang luar biasa besar untuk dapat berjalan dan berlari. Dorongan ini
melahirkan semangat yang terius menerus dan mengalahkan “kesakitan” pada waktu jatuh atau gagal dalam berjalan dan berlari.
b.
Keyakinan yang besar bahwa dia akan bisa melakukannya. Entah dari mana
sumbernya, tapi keyakinan ini sangat tampak dari mimik muka yang selalu ceria
untuk mencoba dan mencoba lagi tanpa ada rasa putus asa.
c.
Ada sukacita tak terkira apabila berhasil melakukannya. Biasanya setiap bayi
berhasil berjalan beberapa langkah saja, meski harus jatuh berkali-kali, akan
tertawa kegirangan setelah berhasil memegang tembok didepannya.
Yang
kedua adalah faktor eksternal yang mendukung, yakni :
a.
Adanya orang tua atau pengasuhnya yang membantu memegangi tangannya yang
sekali-kali melepaskannya. Ini membuat sang bayi merasa aman dan dekat dengan
orang yang menjaganya, sehingga dia tidak ragu untuk mencoba dan mencoba terus.
b.
Ada yang memberi penghargaan dengan ciuman atau pelukan bila sudah bisa tembok
didepannya dengan berjalan sendiri.
Kita bisa belajar dari si bayi. Adakah
dorongan yang sangat kuat didalam diri kita untuk berhasil menjalankan usaha
atau bisnis kita. Adakah keyakinan yang sangat besar bahwa kita bisa melakukan
bisnis dengan baik? Dan adakah sukacita
yang sungguh-sungguh bila bisnis kita berhasil. Kita harus bisa menjawab dengan
tegas “ada”. Bila jawabannya, “tidak” maka jangan harap kita akan memiliki
ketabahan dalam menghadapi setiap kegagalan saat membangun suatu usaha atau
bisnis. Faktor eksternal juga penting. Maka kita harus mencari Pembantu dan
Pendukung kita yang kuat. Faktor eksternal yang kedua, kita harus tidak segan
untuk memberikan penghargaan pada diri sendiri bila telah mencapai suatu
keberhasilan, betapapun kecilnya keberhasilan itu. Misalnya, merayakan bersama
keluarga atau rekan sejawat dengan makan bersama di restoran favorit. Juga bisa
dengan menyumbang untuk berbagai aktivitas sosial seperti gereja, panti asuhan
atau mesjid. Intinya kita harus sungguh-sungguh merasa sukacita, karena telah mengalami suatu
keberhasilan, agar ada dorongan serta semangat yang lebih besar untuk melangkah
lebih jauh lagi kedepan.
Kegagalan tidak perlu ditakuti
apalagi menjadi momok yang menghambat langkah kita dalam berusaha atau
berbisnis. Ada seorang rekan pengusaha kawakan yang sudah sukses berkata, “Kita
perlu setidaknya empat kali gagal total untuk mencapai sukses besar dalam bisnis”.
Kalau baru sekali dua kali bangkrut dalam bisnis, itu belum apa-apa. Dengan
perkataan tersebut kita bisa mengartikan bahwa, gagal itu lumrah dan tidak
perlu ditakuti, apalagi untuk menghambat kita untuk mencoba serta melangkah
dalam bisnis. Kita harus melakukan segala usaha kita dengan cara yang terbaik yang
bisa kita lakukan. Kalau setelah itu kita gagal lagi, itu berarti :
1. Kita harus instropeksi untuk
mengetahui dimana kesalahannya.
2. Kita harus belajar lebih baik lagi
agar bisa sukses.
3. Kita belum boleh naik kelas, karena
untuk kelas yang kita jalani belum bisa lulus.
Dengan kegagalan sebenarnya kita juga
sedang membangun dasar atau pondasi suatu keberhasilan. Hampir sulit ditemukan
orang sangat berhasil dan kuat dalam bisnisnya tidak mengalami suatu pengalaman
kegagalan. Apakah itu gagal karena ditolak konsumen, gagal menciptakan produk
yang unggul, atau gagal mengelola keuangan dan aset-aset lainnya. Kegagalan
tidak harus memalukan dan belum tentu mematikan. Yang memalukan adalah kalau
kita melakukan kegagalan yang sama dan kita ulangi lagi. Kita harus belajar
dari kegagalan agar tidak mengulangi lagi. Hanya keledai yang mau jatuh dua
kali di lobang yang sama.
Tidak perlu dihitung berapa kali kita
harus gagal. Yang penting adalah bangkit lagi setelah mengalami kegagalan. Karena
kegagalan-kegagalan bila kita pelajari dengan baik pada akhirnya merupakan
tangga mendaki untuk mencapai kesuksesan dan keberuntungan yang lebih besar.
No comments:
Post a Comment